Rabu, 16 Oktober 2013

Inilah Jejak Sang Garuda Muda, Garuda Jaya "Timnas U19"

[ Uji Coba ]
22/8/13, Uni Emirat Arab u19 [ 0 - 0 ] Indonesia u19
25/8/13, Gresik United u21 [ 0 - 4 ] Indonesia u19
30/8/13, Jember United [ 0 - 7 ] Indonesia u19

[ AFF U19 ]
10/9/13, Brunei u19 [ 0 - 5 ] Indonesia u19
12/9/13, Myanmar u19 [ 1 - 2 ] Indonesia u19
14/9/13, Indonesia u19 [ 1 - 2 ] Vietnam u19
16/9/13, Indonesia u19 [ 3 - 1 ] Thailand u19
18/9/13, Indonesia u19 [ 1 - 1 ] Malaysia u19
20/9/13, Timor Leste u19 [ 0 - 2 ] Indonesia u19
22/9/13, Indonesia u19 [ 2 - 2 ] Vietnam u19

[ AFC U19 ]
8/10/13, Indonesia u19 [ 4 - 0 ] Laos u19
10/10/13, Philipina u19 [ 0 - 2 ] Indonesia u19
12/10/13, Indonesia u19 [ 3 - 2 ] Korea Selatan u19

Rekor Indonesia u19 :
- Juara AFF Championship 2013, setelah 22 tahun puasa gelar.
- Indonesia u19 untuk kedua kalinya mengalahkan Korea Selatan setelah 46 tahun. Terakhir Indonesia mengalahkan Korsel ditahun 1968.

Indra Sjafri."Saya tidak mau bernegosiasi dengan negara"




-- Indra Sjafri --

* * *

Indonesia sebagai negara adalah sebuah omong kosong yang tiada habisnya. Berbagai masalah sudah berserakan di semua lini dan nyaris musykil diperbaiki. Anda bisa lihat: korupsi pengadaan kitab suci, impor kedelai yang gila-gilaan, elit partai berlabel agama yang gemar menjajal vagina, hingga ketua lembaga yang seharusnya berperan sebagai martir tertangkap tangan menerima uang suap.

Sebegitu menjijikannya kerusakan di negara ini sampai-sampai akal sehat manusia yang paling tidak waras pun merasa terhina. Memelesetkan sedikit kata-kata Adrian Veidt dalam Watchmen, grafik novel karya Alan Moore: “It doesn't take a genius to see that the world (Indonesia—red) has problems.”

Yang absurd adalah, banyak orang masih percaya negara ini dapat menyembuhkan boroknya. Wajar saja, setiap hari televisi selalu menjual mimpi-mimpi manis melalui moralis-moralis pengutip ayat atau produser-produser reality show. Penonton diajak percaya bahwa negara ini baik-baik saja karena selalu ada orang-orang yang berjoget riang di depan layar kaca. Selain itu, jika Anda sempat berkunjung ke toko buku, lihatlah buku jenis apa yang paling banyak diburu pembeli. Ya, buku motivasi.

Ketika motivasi dan tawa haha-hihi tak jelas maknanya adalah barang dagangan yang paling laris, apa fungsi logika sebenarnya?

Pun demikian, dengan berbagai suntikan optimisme dosis tinggi seperti itu, apa yang berubah di negara ini? Tak ada. Setiap hari media selalu membawa kebusukan. Setiap hari selalu ada orang kaya yang menghamburkan uangnya untuk membeli tas seharga 15 juta rupiah dan orang miskin yang mengais tempat sampah untuk mengisi perutnya yang sudah dua hari kosong.

Menurut hemat saya, dengan segala kekacauan yang ada, bukan sebuah keanehan, sebenarnya, jika suatu saat nanti puncak kemuakan orang-orang di negara ini dimulai oleh puluhan anak sekolah yang menolak untuk melakukan upacara bendera pada suatu Senin pagi. Dan bukan sesuatu yang mengherankan jika kelak mayoritas orang di negara ini percaya apa yang pernah ditulis Jorge Luis Borges dalam Brodie's Report: “I believe that in time we will have reached the point where we will deserve to be free of government.”

Dunia sepakbola di negara ini pun kerusakan parah turut terjadi. Tentu saja kita mengerti itu. Bertahun-tahun lamanya kita disuguhkan pemandangan seorang terpidana korup duduk bersebelahan dengan presiden di tribun stadion yang paling terhormat. Bertahun-tahun lamanya para pemain tak dibayarkan gajinya oleh klub tempat mereka bernaung. Diego Mendieta, jika Anda masih ingat, bahkan sampai harus mati terlebih dahulu agar honor yang menjadi haknya diberikan.

Indra Sjafri paham betul hal kebengisan tersebut. Sejak dipercaya menangani timnas junior sejak 2011 lalu, pria Minang ini pernah satu tahun melatih tanpa gaji sepeser pun dan tujuh bulan bekerja tanpa dikontrak. Kita tak pernah tahu apakah ia mengeluh karena hal tersebut. Kita tak pernah tahu juga apakah ia mengutuk para cecurut tengik yang memiliki andil atas hilangnya hak Indra selama 1 tahun 7 bulan tersebut.

Satu yang kita tahu, Indra Sjafri tak pernah berhenti. Ia tak pernah berhenti dan terus menjelajah ke seantero pelosok negara ini untuk mencari bibit-bibit muda potensial, salah satu poin terpenting dalam dunia sepakbola, yang ironisnya tak pernah mampu dipahami oleh para elit Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia a.k.a PSSI. Ia terus melatih anak-anak itu. Ia terus melatih, menjelajah, melatih, menjelajah. Dan apa yang didapatnya? Ia dipecat dari kursi pelatih U-19 karena pertikaian murahan PSSI-KPSI beberapa bulan lalu dan digantikan manusia antah berantah bernama Luis Manuel Blanco.

Syukur, Blanco yang tak pernah jelas curriculum vitae-nya itu justru menolak tawaran menukangi timnas U-19. Indra Sjafri pun kembali melatih. Tanpa digaji. Ya, tanpa menerima gaji. Terlepas dari apa dilakukan Indra Sjafri merupakan bentuk pencitraan atau tidak, saya tak terlalu peduli betul. Satu hal, bekerja tanpa dibayar adalah sebuah komitmen yang tak semua orang normal mau melakukannya.

Dan Indra Sjafri pun memulai kerjanya. Babak kualifikasi Piala Asia U-16 adalah cobaan awal baginya. Ia langsung gagal, anak asuhnya tak dapat lolos ke putran final karena hanya mampu menyelesaikan turnamen di peringkat tiga klasemen. Akan tetapi, ia menolak memutus komitmennya. Kakinya terus menjejaki pelosok daerah, kepalanya terus mencari cara membentuk fondasi strategi paling pas untuk pasukannya.

Perlahan tapi pasti, Indra Sjafri mulai memperlihatkan sentuhan magsinya. Di tahun 2012, ia sukses membawa timnas U-17 meraih gelar juara HKFA International Youth Football Invitation Tournament. Masih di ajang yang sama, pada bulan Februari lalu, Indra Sjafrie membawa pasukan U-19 nya menjadi juara. Dan keberhasilan Indra tak sampai di situ. Berturut-turut ia membawa anak asuhnya meraih gelar juara Piala AFF U-19 dan terakhir lolos ke putaran final Piala AFC setelah mengkoyak-koyak Korea Selatan dua malam lalu.

Yang menarik dari Indra Sjafri adalah, dengan keadaan yang selama ini memojokannya, ia tak lantas menjadi seorang melankoli murung yang biasa kita lihat di televisi: menghamba pada belas kasihan, bermurung durja selaksa dunia telah melaknatnya sehebat mungkin. Justru sebaliknya, Indra Sjafri memperlihatkan perangai yang cenderung pongah, berapi-api, dan gemar berbicara blak-blakan. Ada kesan menantang dalam beberapa kalimat yang ia ucapkan.

Pun demikian, saya percaya, melalui kepongahan yang tampak itu, Indra Sjafri bukanlah sedang menunjukkan sikap yang negatif. Ia hanya orang yang paham kualitas dirinya dengan sangat baik. Ia paham cara untuk bersilat lidah atau sekadar menaikturunkan tensi di saat yang tepat. Bukan sebuah keanehan, sebenarnya, sebab Indra Sjafri merupakan pria asli Minang. Dalam adat Minangkabau, kepandaian berkata-kata adalah salah satu atribut wajib yang harus dipelajari bagi setiap pria yang hendak merantau.

Sebagai “bukti” argumen saya di atas tentang “kepongahan” sekaligus kepandaian Indra Sjafri dalam berkata-kata, saya mencari beberapa pernyatan yang sempat dilontarkannya di berbagai media online. Berikut saya kutipkan langsung tanpa editan sama sekali.

“Malaysia bukan lawan Indonesia. Mereka sudah menjadi tim pecundang. Buktinya saat babak fase grup Piala AFF, kami seharusnya bisa mengubur mereka di Sidoarjo. Ada empat peluang yang seharusnya masuk ke gawang Malaysia. Mereka hanya dihinggapi Dewi Fortuna saja.” (Inilah.com, pasca kemenangan atas Vietnam di final AFF U-19, Rabu 25/09/2013.).

"Selama ini cara pengelolaan salah, penataan salah. Tapi sekarang sudah ada arah menuju perbaikan. Kalau itu dilakukan, saya yakin itu 10 tahun lagi Indonesia nggak ada lawan. Pokoknya kalau scouting benar, pembinaan benar, main di lapangan juga benar, tinggal siul-siul kita.” (Beritasatu.com perihal keyakinannya terhadap perbaikan penataan sepakbola Indonesia, Rabu 25/09/2013).

“Evan Dimas hebat di kelompok umur, tapi apakah hebat di kelompok umur lebih tinggi. Belum saatnya Evan atau pemain lain melompot di kelompok jauh berbeda.” (Suaramerdeka.com, jawabannya ketika menanggapi isu pemanggilan anak asuhnya ke timnas U-23 oleh Rahmad Darmawan, Kamis 26/09/2013).

“Saya punya prinsip main, jangan cepat kehilangan bola. Dan jangan main bola-bola jauh. Benar saya terinspirasi dengan ‘tiki-taka’, tapi saya menamakan cara bermain kita sendiri. Bukan ‘tiki-taka’ atau yang lainnya.” (Suarapembaruan.com, tentang penolakan label ‘tiki-taka’ atas gaya bermain yang ia terapkan, Jumat 27/09/2013).

"Kapan Korea Selatan juara dunia? Kan tidak pernah. Apabila perlu mereka sudah kalah sebelum bermain itu yang harus dibikin, jangan kita berada di posisi bawah terus. Kita itu lebih besar daripada Korea Selatan, itu yang harus kita kembangkan. Sampaikan ke Korea, siap–siap tanggal 12 Oktober kita kalahkan.” (Dewibola.com, jelang pertandingan kontra Korsel, Minggu 06/10/2013).

"Kami tidak akan melakukan counter attack, sebab bagi kami kalah atau menang sama saja, jadi ya harus menang. Kami berada pada form bagus karena ini pertandingan ketiga dan kami berada pada puncak performa.” (Kompas.com, satu hari jelang pertandingan lawan Korsel, Jumat 11/10/2013).

"Pemain-pemain ini dipilih dengan standar yang tinggi. Saya sudah bilang, ada empat kriteria yang ditetapkan tim pelatih saat menentukan para pemain. Keempat kriteria itu adalah skill, taktikal, fisik, dan mental. Semuanya harus baik. Jadi mau tertinggal 2-0 di babak pertama pun, sebelum peluit panjang berbunyi mereka harus selalu yakin menang. Mereka ini militan semua. Mereka tak mau diinjak-injak di negaranya sendiri. Kepada mereka, selamat menikmati kemenangan ini.”(Detik.com, pasca kemenangan Indonesia dari Korsel, Sabtu 12/10/2013 kemarin).

“Tadi kita bukan hanya menang. Tadi kita permainkan Korea, kita kolongin mereka. Mulai dari sekarang, kita harus berpikir bahwa Indonesia raksasa Asia!” (Goal.com, masih di momen yang sama).

"Banyak EO yang sudah menawarkan lawan, tapi saya tidak mau. Kalau mau, saya sudah ada jadwal silakan kalau ada EO yang mau mengakomodasi. Jangan menjual tim nasional dengan cara seperti itulah." (Detik.com tanggapannya atas beberapa event organizer yang menawari timnas pasca kemenangan atas Korsel, Minggu 13/10/2013).

"Soal kontrak silahkan tanya ke PSSI saja. Belum ada pembicaraan. Saya tidak mau bernegosiasi dengan negara.” (Detik.com perihal kontrak kerja barunya yang masih belum juga diurus PSSI, Minggu 13/10/2013).

Dari berbagai pernyataan yang ia lontarkan, secara pribadi saya menyukai komentarnya yang terakhir. Benar, buat apa berdialog dengan negara? Kemana negara ketika ia bersusah payah menelusuri rimba raya untuk mencari para pemuda pengolah bola nan handal? Kemana negara, PSSI, atau apalah namanya, ketika ia membutuhkan gaji dan kejelasan kontraknya? Nol. Kosong. Mereka tak pernah hadir.

Negara hanya hadir ketika mereka berkelahi tanpa malu memperebutkan kursi empuk legitimasi tertinggi. Negara hanya hadir ketika mereka hendak memecat Indra Sjafri dan menggantikannya dengan pria dari ujung Amerika Latin sana yang namanya bak matador kacangan. Negara hanya hadir ketika para anak didik Indra Sjafri berhasil menjadi juara AFF U-19 dan lolos ke putaran final AFC, lalu bertingkah seolah-olah hasil kerja keras Indra adalah buah karya mereka juga. Wow!

Dalam kajian ilmu sosial dan politik, seseorang yang menolak (kehadiran) negara sejatinya layak dimasukan ke dalam kategori ‘anarkis’. Sebab ‘anarkisme’, dalam pengertiannya yang paling sederhana, adalah paham yang menganggap tidak perlu atau menuntut keruntuhan sistem negara. Tentu saja, adalah sebuah guyonan yang tak lucu untuk melabeli Indra Sjafri sebagai seorang ‘anarkis’ hanya karena potongan pernyatannya tersebut. Lagi pula, apa manfaatnya melabeli atau mendefinisikan seseorang dengan ideologi tertentu?

Sebagai seorang mantan tukang pos, biarlah Indra Sjafri terus menghadirkan kejutan di tengah kekosongan negara ini melalui “surat-surat” yang diantarnya, melalui kalimat-kalimat dan hasil kerjanya. Seperti yang pernah ditulis Nietzsche dalam salah satu bukunya yang kurang akrab di telinga, ‘Human, All Too Human’:

“A letter is an unannounced visit, the postman the agent of rude surprises. One ought to reserve an hour a week for receiving letters and afterwards take a bath”.

Indra Sjafri : Arema Jangan Ganggu Timnas U-19


Pelatih tim nasional Indonesia U-19, Indra Sjafri, kembali mengimbau
kepada klub-klub Indonesia Super League (ISL) agar tidak menggangu konsentrasi skuad Garuda Jaya yang kini tengah dipersiapkan untuk mengikuti putaran final Piala Asia 2014.

Pernyataan itu diungkapkan Indra menanggapi rencana Arema Indonesia yang siap memboyong
pemain-pemain timnas U-19 agar bisa bermain untuk skuad U-21 pada ISL musim depan.

Arema mengaku sudah meminta izin dari Menteri Pemuda Olahraga, Roy Suryo, dan tinggal menunggu keputusan PSSI. Indra mengatakan, Arema boleh saja mengajukan
rencana-rencana tersebut. Akan tetapi, menurut pelatih asal Padang tersebut tim pelatih serta para pemain skuad Garuda Jaya saat ini ingin fokus terlebih dahulu untuk menghadapi Piala Asia.

"Itu kan keinginan mereka (Arema). Tapi,permasalahannya, apakah pemainnya ingin? Kita sudah mengimbau ke klub-klub bahwa kita punya program periodesasi untuk tahun ini. Jadi sudah padat dan program itu akan segera kita susun,"
ujar Indra .Rabu (16/10)

"Jadi, biarkan pemain-pemain itu
berkonsentrasi dulu di timnas. Masa pemain-pemain tidak bisa memperkuat klub, mereka mau ambil juga. Kita kan sudah mengimbau klub-klub dulu. Nanti setelah ini selesai baru mungkin mereka bisa
melakukan hal ini. Kita mau konsentrasi dulu untuk Piala Asia," tambahnya.

Tim pelatih timnas U-19 sendiri dikabarkan akan segera mengadakan pertemuan dengan Badan Tim Nasional untuk membahas program
selanjutnya bagi Evan Dimas dan kawan- kawan. Indra pun mengaku akan segera menyusun program itu.

"Kita sekarang ingin fokus liburan dulu. Program itu pun belum saya buat dan itu nanti setelah pertemuan dengan BTN baru kita bicarakan
program-program untuk timnas U-19 ini seperti apa," kata Indra.

Sponsor Utama Klub Indonesia :


★Persipura : Freeport Indonesia (Emas & Tembaga)
★Semen Padang : Semen Indonesia (Semen)
★Persib : Daya Adira Mustika (Distributor Sepeda Motor)
★Arema : Ijen Nirwana (Perumahan)
★PSM Makassar : Semen Bosowa (Semen)
★Sriwijaya : Bank Sumsel
★Pro Duta : Humega (Antipeptisida & Pupuk)
★Gresik United : Phonska (Pupuk)
★Persiba Bantul : PSG Bantul (Pasar Seni)
★Persijap Jepara : Bank Jateng
★Persela : So Nice (Makanan Ringan)
★Persiba : Bank Kaltim
★Persisam : Bank Kaltim
★Persiwa : Bank Papua
★Mitra Kukar : Petrona (Batubara)

Indra sjafri : Garuda Muda" Berambisi Tembus Piala Dunia U-20"


VIVAbola - Timnas Indonesia U-19 akhirnya memastikan diri lolos ke putaran final Piala Asia 2014 Myanmar. Sekarang, target lebih besar diusung tim asuhan Indra Sjafri yaitu Piala Dunia U-20.

"Garuda Jaya" mematikan langkah ke Myanmar setelah menghempaskan Korea Selatan 3-2 pada laga di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Sabtu 12 Oktober 2013.

Dengan hasil ini, Indonesia memimpin Grup G dengan tiga kemenangan dari tiga laga. Kemenanganatas Korsel memastikan Indonesia belum terkalahkan di level U-19 sejak Piala AFF U-19 bulan lalu.

Prestasi ini tentu sangat gemilang buat Indonesia. Kesempatan ini akan langsung digunakan sebaik mungkin untuk meraih prestasi di level tertinggi.

Tak tanggung-tanggung, Indra menargetkan anak asuhnya untuk bisa lolos ke Piala Dunia U-20 yang akan berlangsung tahun 2015.

"Setelah Piala Asia, target kami berikutnya adalah Piala Dunia U-20 di Selandia Baru. Beberapa program akan segera disusun untuk bisa mewujudkan mimpi tersebut," Indra bertekad.

Putaran final Piala Asia U-19 sendiri akan digelar di Myanmar pada 5 sampai 22 Okotber 2014. Indonesia menjadi satu dari empatnegara Asia Tenggara yang lolos yaitu Myanmar (tuan rumah), Vietnam dan Thailand.

ro^man
4

Kontrak Indra Sjafri Dg PSSI ternyata masih belum jelas sampai sekarang


Kontrak pelatih timnas U-19, Indra Sjafri, dengan PSSI ternyata masih belum jelas. Meski pelatih asal Padang itu berhasil mengantarkan timnas U-19 juara Piala AFF U-19 2013, serta lolos ke putaran final Piala Asia U-19 2014 dengan status juara grup G.

Sebelumnya, kontrak awal Indra di timnas U-19 hanya sampai Piala AFF U-19. Namun lantaran berhasil membawa Evan Dimas Darmono dan
kawan-kawan menjadi juara, Badan Tim
Nasional (BTN) memperpanjang kontraknya untuk babak kualifikasi Piala Asia U-19.

Setelah babak kualifikasi selesai, kejelasan selanjutnya masih belum didapatkan Indra secara hitam di atas putih. Dia pun lebih memilih tak berpolemik mengenai masalah
tersebut.

"Soal kontrak silakan tanya ke PSSI saja. Belum ada pembicaraan (kontrak baru)," ucap Indra, seraya menegaskan komitmennya untuk terus menangani Evan Dimas Darmono dan kawan kawan.

"Saya tidak mau bernegosiasi dengan negara.Tinggal negara (setelah melihat kinerja kami) apakah tergerak hatinya untuk kami," ujar pelatih berusia 50 tahun itu.

"Saya pernah satu tahun tidak digaji, tujuh bulan bekerja tanpa kontrak, tapi ikhlas menjalankan tugas itu. Dari keikhlasan itu, saya bisa menuai hasilnya sekarang," pungkasnya.